Saturday, 11 January 2014

BIOGRAFI BASUKI RAHMAT (1921-1969)

Jenderal Basuki Rahmat lahir di Tuban, Jawa Timur, 4 November 1921. Beliau adalah seorang jenderal dan politikus Indonesia. Beliau juga seorang pahlawan nasional Indonesia.
Pahlawan nasional dengan anugerah Bintang Mahaputra Kelas III ini dikenal sebagai seorang pekerja keras. Memang sejak kecil, beliau harus berusaha dan bekerja keras untuk berhasil. Pada usia tiga tahun ibunya meninggal dunia. Bersama dua orang adik, beliau diasuh ayahnya. Dalam usia sangat dini, beliau harus bisa mengurusi diri sendiri, bahkan kemudian mengurus kedua adiknya ketika ayahnya meninggal dunia. Pada saat itu usia beliau baru sepuluh tahun, dan telah menjadi yatim piatu.
Basuki bukan Basuki Rahmat kalau tidak tegar. Beliau pun pindah ke rumah bibinya di Bojonegoro untuk meneruskan sekolahnya. Sejak semula beliau memang ingin cepat berdiri sendiri, makanya beliau memilih menjadi guru dan sekolah di Sekolah Guru Muhammadiyah, Yogyakarta. Akan tetapi jalan hidup membuatnya mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air. Ketika ada pergantian politik, Belanda menyerah pada Jepang, pilihan Basuki pun beralih. Tamatan sekolah guru ini mendaftarkan diri ke sekolah militer Renseitai di Magelang. Pengabdiannya pada Indonesia di bidang militer pun dimulai di sekolah militer ini.
Selepas pendidikan, Basuki ditempatkan di Pacitan dengan pangkat shodancho (Komandan Pelopor). Memasuki era perjuangan kemerdekaan, beliau juga turut dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat Maospati, Jawa Timur. Bakat kepemimpinannya yang menonjol membuat beliau ditunjuk menjadi Komandan Batalyon 2 Resimen 31 Divisi IV Ronggolawe dan kemudian ditunjuk menjadi Komandan Batalyon 16 Brigade 5 Divisi I Jawa Timur. Jabatan terakhir Basuki Rahmat adalah Menteri Dalam Negeri.
Basuki Rahmat meninggal pada tanggal 8 Januari 1969 karena serangan jantung sewaktu melantik panitia Badan Pusat Penggunaan Dana Bantuan PBB untuk Irian Barat. Beliau telah pergi dengan mendadak. Pejuang yang gigih dan pekerja keras ini telah tiada pada usia 48 tahun. Penerima 15 bintang jasa ini dinaikkan pangkatnya menjadi Jenderal penuh (anumerta) dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Dalam peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret sebagai pembuka lembaran sejarah Orde Baru, nama Basuki Rachmat tercatat sebagai benang emas untuk selama-lamanya. Terlepas ada-tidaknya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), Basuki Rachmat memang saksi sejarah yang melihat penandatanganan Surat Perintah 11 Maret bersama Brigjen M. Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar) dan Brigjen Amir Machmud (Pangdam V Jaya) di Bogor. Mereka bertiga inilah yang menyampaikan surat perintah tersebut pada Letnan Jenderal Soeharto di Jakarta. Sejak perang kemerdekaan hingga akhir hayatnya sebagai Menteri Dalam Negeri kesetiaan dan pengabdiannya tulus, baik terhadap Tuhan dan tanah air. Semua tugas dan tanggung jawab dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Beliau sadar betul akan kemuliaan tujuan dan cita-cita negara.

No comments:

Post a Comment