Saturday, 11 January 2014

BIOGRAFI ALBERTUS SUGIYOPRANOTO (1890-1963)

Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta. Soegijapranata (Soegija/Sugiyopranoto) lahir pada tanggal 25 November 1890 di Solo. Setelah menamatkan Sekolah Dasar Katolik di Solo, kemudian beliau meneruskan pendidikan di Magelang. Setelah selesai dari sekolah guru pada tahun 1915, beliau sempat mengajar selama satu tahun. selanjutnya beliau mengikuti Pendidkan Imamat dan mulai aktif dalam kegiatan keagamaan. Sehingga beliau dikirim ke Belanda untuk memperdalam agama Katolik, Bahasa Latin, Bahasa Yunani, serta ilmu filsafat.
Dari Belanda, beliau mengajar Ilmu Pasti, bahasa Jawa, dan agama di Sekolah Guru Kolose Muntilan dengan nama Frater Sugiyo. Selain itu, beliau juga aktif memimpin surat kabar mingguan berbahasa Jawa, Swaratama. Frater Sugiyo banyak mempelajari tentang penyesuaian ajaran Katolik dengan Kebudayaan Bangsa Indonesia. Pada tahun 1928, frater Sugiyo kembali ke Belanda untuk belajar ilmu Teologi. Beliau juga menghadiri acara-acara Kepausan di Roma sebagai wakil-wakil Frater Indonesia. Pada tahun 1931, Frater Sugiyo ditahbiskan sebagai Imam.
Setelah kembali ke Indonesia, dua tahun kemudian, beliau diangkat sebagai Pastor Pembantu di Bintaran, dan selanjutnya beliau menjadi Pastor Paroki. Sesudah itu beliau diangkat menjadi Penasehat Misi Yesus di Pulau Jawa pada tahun 1938. Dua berikutnya, beliau menjadi Vikaris Apostolik dan memangku Jabatan Keuskupan. Sugiyopranoto merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Uskup Agung. Sugiyopranotolah yang pertama kali memasukan kebudayaan Indonesia dalam ritual upacara-upacara gereja. Di gereja-gereja Jawa, beliau memakai gamelan sebagai musik pegiring Misa, menggantikan peran orgel. Perubahan-perubahan tersebut adalah upayanya dalam menyerasikan kebudayaan Barat dengan kebudayaan Indonesia. Beliau juga menentang pandangan pemerintah Jepang yang menyamaratakan Gereja sebagai pemerintahan kolonial.
Pada tahun 1963, di lingkungan Gereja sendiri pada masa itu terjadi Konsili Vatikan II. Dalam kondisi sakit, Rama Kanjeng atau Sugiyopranoto harus banyak melakukan perjalanan ke luar negeri dalam rangka konsili. Dalam perjalanan Konsili dan berobat, beliau singgah di Belanda untuk mengunjungi keluarga-keluarga misionaris Belanda yang bekerja di Indonesia dan ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka. Kelelahan ini tidak dirasakan lagi, sampai pada malam hari pukul 22.20 tanggal 22 Juli 1963 beliau meninggal dunia di negeri Belanda.
Berita meninggalnya Rama Kanjeng atau Sugiyopranoto ini langsung tersebar dan sampai juga ke telinga Soekarno dan atas perintah Presiden Soekarno, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang, dalam upacara  kemiliteran. Sebagai Uskup ABRI yang pertama, beliau diberi pangkat Jenderal (Anumerta) dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 152 Tahun 1963, tanggal 26 Juli 1963.

No comments:

Post a Comment